Kamis, 05 Juli 2012

Review Nilai-nilai dan Kaitannya dengan Integrasi Nasional



 Tugas Mata Kuliah Integrasi Nasional Semester II

Dalam kehidupan, terdapat nilai-nilai yang lahir dalam suatu masyarakat. Nilai itu sendiri adalah sesuatu yang dianggap baik dan benar. Nilai adalah sesuatu yang dianggap berharga oleh suatu masyarakat. Nilai itu sendiri diwujudkan dalam bentuk norma yang berguna untuk mengatur hidup manusia. Nilai tersebut diimplementasikan dalam bentuk norma. Berikut adalah beberapa nilai yang dikaitkan hubungannya dengan integrasi nasional, antara lain :
1.      KESOPANAN
Bahasa dan sopan santun menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Sifat atau watak pribadi seseorang dapat dilihat dari perkataan yang ia ucapkan maupun penampilan diri. Penggunaan bahasa yang lemah lembut, sopan, santun, sistematis, teratur, jelas, dan lugas mencerminkan pribadi yang berbudi. Bagi saya nilai kesopanan merupakan perwujudan budi pekerti luhur yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan dari berbagai orang dalam kedudukannya masing-masing, seperti: orang tua dan guru, para pemuka agama dan masyarakat umum dan tulisan-tulisan dan hasil karya para bijak.
Dari pendidikan dan latihan tersebut, saya mewujudkannya dalam bentuk sikap dan perilaku yang sehat dan serasi dengan kodrat, tempat waktu dan lingkungan dimana saya berada sehari-hari. Perwujudan nilai sopan santun disesuaikan dengan kondisi dan situasi secara pribadi ( individu ) maupun secara kelompok. Secara Pribadi dapat mewujudkan tata krama dan sopan santun dalam kehidupan sehari–hari sesuai nilai sopan santun sebagai pencerminan kepribadian dan budi pekerti luhur.Sikap dan perilaku tersebut saya wujudkan dalam:

1.Sikap berbicara
2.Sikap duduk
3.Sikap berdiri
4.Sikap berjalan
5.Sikap berpakaian
6.Sikap makan dan minum
7.Sikap pergaulan
8.Sikap penghormatan
9.Sikap menggunakan fasilitas umum Secara Kelompok

Saya sebagai mahluk sosial yang memiliki norma nilai sopan santun, berkepribadian dan berbudi pekerti luhur harus dapat mewujudkan sikap dan perilaku kelompok sehari-hari sesuai dengan norma nilai sopan santun dilingkungan sosialnya. Pencerminan sikap dan perilaku bermasyarakat dan bernegara  antara lain sebagai berikut :
  1. Menghormati orang yang lebih tua.
  2. Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan.
  3. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan sombong.
  4. Tidak meludah di sembarang tempat.
Hubungan Nilai Kesopanan dengan Integrasi Nasional
Nilai kesopanan merupakan karakteristik masyarakat Indonesia yang sangat menjunjung tinggi persaudaraan, saling menghormati dan menghargai orang lainnya sangatlah kental, bahkan kadang sering saya lihat banyak yang berbasa-basi atau memaksakan diri untuk menegur dan bercengkrama hanya untuk menanyakan kabar pribadi dan keluarga masing-masing, kemudian baru dilanjutkan dengan membicarakan suatu kejadian, masalah ataupun topik pembicaraan yang menarik perhatian sehingga akhirnya menyatu didalam komunikasi yang hangat dan bersahabat.
Keadaan sekarang ini yang secara realita kebudayaan terus berubah karena masuknya budaya barat akan sulit mempertahankan kesopanan di semua keadaan ataupun di semua tempat. Misalnya saja sopan santun dalam tutur kata. Di barat, anak-anak yang sudah dewasa biasanya memanggil orang tuanya dengan sebutan nama, tetapi di Indonesia sendiri panggilan tersebut sangat tidak sopan karena orang tua umurnya lebih tua dari kita dan kita harus memanggilnya bapak ataupun ibu. Kemudian sopan santun dalam berpakaian, di luar negeri orang yang berpakaian bikini di pantai bagi mereka wajar. Tapi bagi kita berpakaian seperti itu sangat tidak sopan karena dianggap tidak sesuai dengan norma kesopanan.
Maka dapat disimpulkan bahwa nilai kesopanan merupakan bentuk dari jati diri bangsa. Bangsa tersebut dapat dikatakan baik atau buruknya etika warga Negara terlihat jelas dari nilai kesopanan. Oleh karena itu, sangat penting kita terapkan nilai kesopanan mulai dari sekarang, terutama dalam bermasyarakat dan bernegara karena nilai kesopanan merupakan pembentuk jati diri bangsa. Integrasi nasional menjadi benteng kita dari dampak negative globalisasi dan alat pemersatu nilai kesopanan dengan menempatkan kurikulum yang memberikan pendidikan Karakter kepada peserta didik sebagai masa depan Indonesia. Pada tingkat dasar pendidikan karakter masuk dalam Pendidikan Kewarganegaraan(PKn). Pendidikan karakter mengajarkan budi pekerti yang berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan ke-burukannya melalui ukuran norma agama, norma hukum, tata krama, dan sopan santun, norma budaya/adat istiadat masyarakat. Pendidikan karakter akan mengidentifikasi perilaku positif yang diharapkan dapat terwujud dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian peserta didik. Budi pekerti luhur dapat menciptakan sikap sopan santun, suatu sikap dan perbuatan menunjukkan hormat, takzim, tertib menurut adat yang baik yang menunjukkan tingkah laku yang beradab.
2.      NILAI KETEKUNAN
Ketekunan merupakan sikap pantang menyerah, telaten dan ulet yang ditunjukkan seorang manusia untuk mencapai tujuan. Nilai ketekunan amat sangat penting bagi kehidupan manusia karena melalui nilai itulah bisa diukur seberapa besar tekad dan usaha seseorang untuk mencapai keinginannya.
Dalam konteks pendidikan nasional, ketekunan merupakan salah satu pilar yang sangat penting. Terdapat sembilan pilar yang saling berkaitan dalam system pendidikan di Indonesia, yaitu responsibility (tanggung jawab), respect (rasa hormat), fairness (keadilan), courage (keberanian), honesty (kejujuran), citizenship (kewarganegaraan), self-discipline (disiplin diri), caring (peduli), dan perseverance (ketekunan). (http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/28/pendidikan-karakter-untuk-bangsa-yang-rapuh-berkarakter/)
Dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, nilai ketekunan bisa ditemukan dalam tindakan seperti berikut :
·                     Untuk menjadi juara kelas, maka harus tekun belajar.
·                     Untuk membeli suatu barang yang diinginkan tanpa meminta uang dari orang tua, harus tekun mengumpulkan uang atau menyisakan uang saku.
·                     Supaya tugas selesai dengan baik dan tepat waktu, harus dikerjakan secara telaten dan sungguh-sungguh.
·                     Untuk mendapat IP yang tinggi, harus tekun mengikuti perkuliahan, yaitu dengan rajin masuk kuliah, mengerjakan semua tugas, dan belajar dengan sungguh-sungguh.
Berkaitan dengan integrasi nasional, nilai ketekunan memegang peranan penting bagi persatuan negara Indonesia. Ketekunan harus diterapkan bagi masing-masing diri warga negara Indonesia. Jika semua warga negara Indonesia memiliki ketekunan dalam masing-masing kegiatannya, maka tidak heran jika negara ini akan menjadi negara maju. Kemajuan suatu negara akan sangat berpengaruh bagi integrasi/persatuan suatu negara. Jarang sekali kita mendengar dalam negara maju terjadi pemberontakan dari suatu kelompok masyarakat yang ingin berlepas diri dari negara itu.
Contoh nyata dari nilai ketekunan yang sangat berpengaruh bagi integrasi nasional adalah negara jepang. Jepang dikenal sebagai negara maju yang penduduknya memiliki ketekunan yang sangat tinggi. Mereka sanggup menciptakan teknologi melalui ketekunan kerja mereka. Tidak heran jika warga Jepang sangat membanggakan negaranya dan memiliki nasionalisme yang sangat tinggi terhadap negaranya. Hal inilah yang sepatutnya ditiru bangsa Indonesia. Melalui ketekunan, kita warga Indonesia bisa melakukan sustu hal yang dapat mengharumkan nama negeri ini sehingga kecintaan kita terhadap tanah air akan sangat tinggi.
3.      DISIPLIN
A. PENGERTIAN KEDISIPLINAN
Disiplin adalah sikap/ tindakan yang sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku. Jadi, kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai – nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi peserta didik.
B.  CONTOH/ FAKTA PERILAKU DISIPLIN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1.        Setiap hari saya bangun tidur jam 5 pagi dengan tekun dan teliti lalu merapikan tempat tidur, setelah tempat tidurnya rapi, bersiap-siap mandi. Selesai mandi, saya melakukan sholat subuh, kemudian bersiap-siap. Saya menuju ke meja makan untuk sarapan pagi bersama keluarga. Saya kemudian berpamitan pada kedua orang tuanya. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh saya pun berangkat ke kampus.
2.      Setiap hari, perkuliahan masuk pukul 07.30. Setiap hari saya sampai di kampus pukul 07.15 sehingga saya tidak pernah terlambat dalam mengikuti perkuliahan.
3.      Ketika saya mengendarai sepeda motor, diperempatan jalan lampu lalu lintas berwarna kuning menyala. Saya mengurangi laju sepeda motor saya. Ketika lampu berwarna merah saya berhenti. Dan juga selalu memakai helm dan membawa SIM dan STNK kemanapun saya pergi.  



C.  CIRI-CIRI ORANG DISIPLIN
a.       Selalu menaati peraturan/ tata tertib yang ada.
b.      Selalu melaksanakan tugas dan kewajiban yang diterimanya dengan tepat waktu.
c.       Kehidupannya teratur.
d.      Tidak mengulur-ulur waktu dan menunda pekerjaan.
D.  MANFAAT DISIPLIN
a.       Kehidupannya tenang, tenteram dan teratur. 
  1. Menumbuhkan sikap tanggung jawab anggota keluarga terhadap kepentingan bersama dalam keluarga.
  2. Membiasakan mengatur dan mentaati penggunaan waktu untuk urusan keluarga secara teratur.
  3. Membiasakan hidup tertib.
  4. Mentaati norma sopan santun, norma moral dan norma keagamaan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
f.       Tugas dapat selesai tepat pada waktunya.
g.      Menguntungkan diri sendiri dan orang lain.
h.      Dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga.
E.  KAITAN ANTARA KEDISIPLINAN DENGAN INTEGRASI NASIONAL
Setiap orang dalam hidup bernegara pasti diatur oleh hukum yang berlaku pada suatu negara itu. Di Indonesia, misalnya setiap warga negara wajib membayar pajak kepada negara. Kalau semua warga negara disiplin dalam membayar pajak maka pembangunan negara akan berjalan lancar, ekonomi negarapun akan jadi kuat. Jika semua warga negara sadar akan hal itu maka negara Indonesia akan maju, tidak akan ada wilayah dari negara Indonesia yang ingin keluar dari Indonesia karena kurang mendapat perhatian dari pemerintah dan kehidupan rakyatnya pun akan menjadi makmur dan sejahtera. Dengan semua itu maka akan menyatukan semua warga Indonesia (integrasi) yang terdiri dari berbagai suku, ras, agama, dan budaya dengan semboyan “Walaupun berbeda-beda tetap satu juga”

4.      TENGGANG RASA DAN KEPEDULIAN
Nilai tenggang rasa adalah nilai yang harus ada dan tertanam dalam seluruh elemen masyarakat khususnya masyarakat dalam satu kesatuan utuh sebagai bagian dari satu bangsa dan satu Negara.
Nilai kepedulian adalah nilai yang harus muncul dan terwujud dalam pribadi diri seseorang kemudian nilai tersebut di praktekan di dalam kehidupan sehari-hari dan berkesimbungan ke masyarakat lain sebagai pihak yang saling berkaitan, selanjutnya nilai tersebut mewujudkan kesadaran bahwa individu-individu yang saling berkaitan itu tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan, adanya nilai kepedulian ini sebagai tanda dan dari nilai inilah terciptakan sebuat ikatan batin di antara individu satu dengan individu yang lainnya.
Kedua nilai diatas sebagai perwujudan pembentuk keeratan antara individu/kelompok satu  dengan individu/kelompok lain berkaitan erat dan membentuk rasa persatuan dan kesatuan sebagai bagian dari satu bangsa dan satu Negara yang utuh.
5. KERUKUNAN
Kerukunan adalah salah satu nilai yang berkaitan erat dengan integrasi nasional. Kerukunan di sini memiliki arti yang luas, bukan hanya menjurus pada kerukunan beragama saja. Namun, juga merupakan kerukunan dalam hal lain seperti kerukunan antar suku, ras, dan lain-lain. Dalam kerukunan, haruslah kita mengedepankan sikap toleransi yagn tinggi. Toleransi merupakan kunci dari kerukunan tersebut. Jika kita sudah tidak dapat toleransi, maka dapat timbul suatu konflik. Misalnya dalam kehidupan sehari-hari, Ani dan Ana akan mengerjakan tugas kuliah bersama, di waktu bersamaan datang waktu shalat Duhur. Ana yang memiliki agama yang berbeda harus memiliki rasa toleransi kepada temannya si Ani untuk mengizinkannya melakukan kewajibannya itu.
Kaitan kerukunan dengan integrasi nasional adalah kerukunan dapat memperkokoh integrasi nasional. Apabila semua warga negara dapat mengedepankan kerukunan dengan menunjukkan sikap dan perilaku toleransi yang ada, maka negara ini rasa persatuannya akan semakin kokoh.
Rendahnya empati dan kepedulian terhadap persoalan minoritas merupakan gejala dari toleransi pasif. Ketidaktegasan pemerintah dalam penyelesaian konflik sektarian seperti kasus Ahmadiyah, Syiah, dan sengketa rumah ibadah mempertebal apatisme publik. Ketidaktuntasan proses penyelesaian konflik-konflik telah menggerus rasa kepercayaan masyarakat terhadap komitmen pemerintah. Kondisi semacam ini memicu ketidakpuasan kelompok masyarakat yang berujung pada lunturnya kepercayaan mereka terhadap efektivitas penegakan hukum. Masa depan kerukunan umat beragama menjadi taruhannya mengingat potensi konflik sektarian menjadi bagian tak terpisahkan dari realitas heterogenitas etnis dan agama.
Meningkatnya intensitas konflik sosial berlatar agama, khususnya tiga tahun terakhir, telah memaksa kita memahami kembali makna kerukunan kehidupan beragama dalam konteks kekinian. Penelitian Lazuardi Birru menyimpulkan bahwa indeks kerentanan radikalisme nasional di tahun 2011 sebesar 43,6 persen, masih jauh dari zona aman, yaitu 33,33 persen. Topik kerukunan ini mengemuka dalam diskusi terbatas yang diadakan Lembaga Ketahanan Nasional (20/3/2012) di Jakarta. Kerentanan kerukunan antar-umat beragama akan mengancam integrasi bangsa. Terlebih, potensi konflik sosial di Indonesia diperkirakan semakin mengeskalasi beberapa tahun ke depan.


Sumber :


Tidak ada komentar: